Lalu, kami pun ngobrol sejenak karena dia sedang menunggu temannya. Di tengah obrolan itu, dia bertanya, "Do you have facebook?" Segera saya jawab, "Nop." Bukan karena tidak punya, saya juga tidak paham apa yang dia maksud :D
Tetapi, pertanyaan anak itu mengingatkan saya ke headline koran kampus beberapa hari yang lalu, yang saya juga tidak pedulikan: heboh Facebook. Saya tidak peduli karena saya tidak ngeh juga apa itu facebook dan tidak punya waktu untuk mengetahuinya. Ini terjadi kira-kira akhir tahun 2006, beberapa saat setelah Facebook secara resmi dibuka untuk umum pada bulan September (semula hanya untuk mahasiswa Harvard dan sejumlah perusahaan.)
Waktu berlalu. Februari 2007. Di tengah-tengah konferensi di Hawaii, teman baruku Chozin (mahasiswa Ohio University, Ketua Umum PB HMI) kembali mengingatkanku soal Facebook. Di akhir acara konferensi, di malam terakhir kami bersama, Chozin ingin bertukar "Facebook akun." Aku hanya tertawa. "Ndak punya, malu ah pakai Facebook." Aku teringat si mahasiswi India yang imut- imut di perpustakaan itu. Menurut [salah] persepsiku: Facebook hanya untuk anak muda. "I am too old to join."
Sepulang dari Hawaii, invitasi untuk gabung di Facebook mulai beredar. Dan, akhirnya, tanggal 26 Februari 2007 itulah saya bergabung dengan Facebook. Facebook masih sepi. Tak ada yang "like" atau "comment" waktu saya gabung. Bahkan, kesepian itu terus berlanjut sampai hampir setahun kemudian. 2008. Saat saya sudah kembali ke Jogja.
Kini, Facebook sudah ramai. Tak ada lagi kesepian. Dan karena itulah mungkin mengapa saya merindukan kembali untuk menulis yang begini-begini di Blog. Bagaimana dengan Anda?