Jangan menulis Skripsi!
Kalau Anda saat ini Semester 6, sudah menyelesaikan hampir semua mata kuliah, maka JANGAN MULAI MENULIS SKRIPSI! Sebab, skripsi itu bukan "permulaan", skripsi itu adalah "hasil".
Kalau yang Anda pikirkan adalah 'menulis skripsi', maka Anda, seperti kebanyakan mahasiswa yang pernah saya temui, akan mengalami masa-masa sulit seperti berikut: bingung mencari judul, bingung memulai dari mana menulis, bingung membuat proposal, bingung mencari mencari contoh, hingga... bingung mencari BIRO SKRIPSI yang siap membantu Anda lulus!
LANGKAH PERTAMA: MENGUBAH HOBI MENJADI SKRIPSI
Maka, cara yang lebih baik adalah: jangan mulai menulis. Mulailah dari diri kita sendiri dan ajukanlah pertanyaan berikut: "selama saya belajar di jurusan ini, tema, keahlian, masalah, atau pembahasan apa yang paling menarik?"
Misalnya, di jurusan kami, Ilmu Kesejahteraan Sosial, kita bisa membedakan beberapa topik besarnya dalam tiga kategori: pertama, masalah sosial (PMKS dan saudaranya); kedua, cara kerja pekerja sosial (metode intervensi mikro-mezzo-makro, advokasi kebijakan, dan sejenis; ketiga, masalah-masalah yang terkait dengan posisi profesi pekerja sosial (peksos medis, peksos industri, indigeneous social work, dst).
Hanya saja, tiga bidang ini tidak terpisah secara kaku.Mereka bisa saling silang dan sentuh. Misalnya, masalah difabel adalah bagian dari kategori pertama; tetapi metode advokasi kasus-kasu diskriminasi difabel adalah topik dalam kategori kedua; dan mengembangkan program CSR untuk komunitas tunanetra bisa masuk dalam kategori peksos industra (kategori tiga)
Tetapi, kembali ke diri kita, mana yang menurut kita 'paling' menarik dan dari situlah kita memulai. Ukuran menarik dan tidak? Ya, bisa dari buku-buku yang Anda sukai, dari kegiatan ekstra kuliah yang Anda ikuti, dari berita-berita yang Anda ikuti, dst.
Hanya saja, saya tahu juga sih bahwa bahkan untuk menjawab pertanyaan "apa yang paling menarik" pun tidak mudah bagi sebagian orang. Mahasiswa saya pernah menjawab begini, "Kayaknya nggak ada yang menarik tuh Pak selama saya kuliah di sini." Duh. :(
Tetapi saya tidak menyerah. Saya ubah pertanyaannya, "Oke. Kalau kuliah tidak ada yang menarik... Apa yang paling menarik dalam hidup Anda?" Dia menjawab, "Game komputer!"
Oke. Game komputer sekali pun. Bagaimana kalau saya bertanya seperti ini: apakah game komputer itu berguna bagi perkembangan mental anak?; atau adakah manfaat yang bisa diambil dari game komputer sebagai alat intervensi mikro dalam kasus anak-anak berkebutuhan khusus? atau adakah relasi atau perilaku kekerasan anak dengan game yang ia mainkan?
Artinya, kalau pun Anda merasa tidak ada yang menarik dari kuliah, maka mulailah dari yang menarik dalam hidup Anda. Kemudian 'baringkanlah' apa yang menarik dalam hidup Anda itu dalam mikroskop pengetahuan, skill, atau kompetensi yang Anda pelajari di jurusan Anda. Ubahlah hobi Anda itu menjadi pijakan untuk menyelesaikan skripsi.
[BERSAMBUNG]
Posting Komentar