Saya kira, hasil survei ini sudah relatif diduga sebelumnya. Kita tahu bahwa waktu-waktu Isya di bulan Ramadan adalah waktu yang secara fisik kita juga tidak cukup prima untuk mengkonsumsi informasi seperti ceramah. Kalau tidak karena capek karena seharian bekerja, perut kita juga sedang kenyang dan menyebabkan kantuk.
Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan oleh seorang penceramah di sini:
Pertama, jangan terlalu panjang membaca 'khutbah' atau 'muqaddimah'. Saya pernah menghitung waktu yang dibutuhkan oleh seorang ustadz untuk mengucapkan hamdalah, syukur, dan salawat kepad Nabi bisa sampai 5 menit sendiri. Kalau cermahnyanya 7 menit dan pembukaan 5 menit, apa yang bisa kita sampaikan? Cukuplah bagi si dai untuk membaca singkat padat: alhamdulillah wa 'syukru lillah, wa' s-salatu wa' s-salamu ala Rasulillah. amma ba'du. Tidak perlu diterjemahkan kalau waktunya 7 menit dan terjemahkans secukupnya kalau waktunya 15 menit.
Kedua, pentingnya pointer. Ada banyak khatib yang bicara ke sana ke mari tetapi tidak menyampaikan isinya secara utuh. Lalu, tiba-tiba waktunya habis, atau ia sudah bicara 20 menit tapi apa yang ingin disampaikan belum juga diucapkan.
Posting Komentar