Memang, kenyataannya selalu begini: Ramadan bulan ibadah. Khususnya lagi, sepuluh hari pertama. Malam taraweh pertama semalam, langgar sebelah rumah penuh jamaah. Sampai tumpah keluar langgar dan menggelar tikar. Padahal kami sudah memperluas langgar dengan dua saf. Pak Zainuddin MZ almarhum pernah mengkritik fenomena ini dengan mengatakan "semakin mendekati Idul Fitri, jamaah di masjid semakin mengalami kemajuan: maju saf-nya"
Artis-artis yang tidak biasanya berjilbab, menutup tubuh rapat-rapat. Mereka tampak khusuk pula ikut acara-acara pengajian, minimal yang di TV. Sementara para penyanyi berlomba mengeluarkan musik religi.
Di sekitar kita, mereka yang tidak biasa mengaji, selama Ramadan berlomba menamatkan al-Qur'an. Langgar dan masjid di sekitar kita ramai mengumandangkan bacaan al-Qur'an (tadarrus) sampai larut malam. Kadang sampai mengganggu tidur ibu-ibu yang harus bangun paling awal menyiapkan sahur (peduli amat, gue kan sedang syiar nih)
Salahkah kita bersemangat untuk ibadah hanya pada bulan Ramadan? Dalam batas tertentu, saya kira tidak. Ramadan memang bulan ibadah. Dalam salah satu riwayat disebutkan, "Ketika datang bulan Ramadan, maka rajin-rajinlah kalian, sebab pada bulan itu rizki dibagikan, ajal ditentukan, janji Allah dituliskan, dan di dalamnya terdapat malam yang amalmu akan bernilai seribu bulan."
روي عن الإمام الصادق عليه السلام: "إذ دخل شهر رمضان، فاجهدوا أنفسَكم, فإنّ فيه تُقسّم الأرزاق، وتُكتب الآجال، وفيه يُكتَب وفدُ الله الذين يَفِدون إليه، وفيه ليلةٌ العملُ فيها خيرٌ من العمل في ألف شهر
Jadi, kita memang harus beribadah, memperbanyak ibadah agar semua janji fasilitas yang dijanjikan untuk bulan Ramadan dapat kita raih secara maksimal. Sekali lagi tidak salah.
Plus, kita juga harus maksimal beribadah karena bulan Ramadan juga bisa menjadi barometer kita selama setahun. Kalau di bulan Ramadan saja kita tidak bisa menghatamkan al-Qur'an sekali dalam sebulan, berapa bulan kita perlu khatam di bulan lain. Kalau di bulan Ramadan saja kita tidak mau bangun salat malam, apalagi di bulan lain?
Jadi, ayolah, mari kita beribadah sebanyak-banyaknya di bulan Ramadan.
TETAPI, ada baiknya kita ingat bahwa upaya kita untuk fokus ibadah maksimal di bulan Ramadan itu adalah tanda bahwa kita memang baru Islam minimal. Sadar lo ya, kita Islam minimal! Seperti tadi sudah kita sebutkan. Minimal, saat Ramadan kita ngaji. Minimal, saat Ramadan kita salat malam. Minimal, saat Ramadan kita ke masjid. Minimal, saat Ramadan kita menjaga kata-kata kita dari dusta dan nista. Minimal, saat Ramadan kita melatih diri untuk bersabar. Minimal, saat Ramadan kita maksimal beramal.
Jika kita puas dengan Islam minimal, ini adalah bulan yang tepat bagi kita untuki membuktikan 'minimal aku Islam.' Sebab tidak akan ada maksimal tanpa minimal kan?
Nah, kalau pingin Islam maksimal, mari kita berencana (nggak perlu janji juga nggak apa-apa) bahwa kita akan berusaha untuk meningkatkan tingkat keislaman kita pada bulan-bulan selanjutnya. Ya, minimal kita berencana, masak enggak juga? :)
#CatatanRamadan
*Disajikan untuk Masjid Margorahayu, Grojogan
*Disajikan untuk Masjid Margorahayu, Grojogan
Posting Komentar