Video yang saya kritik berikut adalah sampel saja. Saya tidak berniat menghujat. Hanya mengkritik. Dalam video ini, si Ustadz mencoba mengklarifikasi istilah Wahabi dan Salafi. Saya beri screenshoot saja biar tidak membantu traffic-nya. Toh Anda mudah cari sendiridi Youtube.
Poin pentingnya:
1. Pengajian 'kita' juga disebut orang sebagai Salafi karena kita sering mengutip "Salafu Ummah". Tetapi tidak ada kelompok yang bernama Salafi itu. Itu hanya istilah.
2. Wahabi pernah ada di jaman dulu, di Maroko. Mereka sesat dan sudah dihancurkan oleh Khilafah Abbasiyah.
3. Pihak yang menggelari kelompok si Ustadz dengan nama Wahabi itu adalah orang Syi'ah. Orang Syi'ah menyebut Saudi sebagai negeri Wahabi agar dimusuhi orang Sunni.
4. Saudi bukan Wahabi. Saat si Ustadz kuliah di sana, ia tidak menemukan Wahabi di Saudi, yang ada adalah guru-guru yang dalam ucapannya selalu mengutip "Allah berfirman... Rasul bersabda..."
CATATAN SAYA
* Kita abaikan dulu soal nama (karena mereka tidak mau punya nama). Tetapi mari kita definisikan mereka "sebuah kelompok muslim khusus" yang tidak sama dengan kita di Indonesia. Mereka punya akar di Saudi: Perhatikan kalimat "Saudi negeri Wahabi" atau "Saat saya kuliah di Saudi..." dalam pernyataan si ustadz. Saudi disebut-sebut karena mereka tidak bisa membantah relasi aliran ini dengan Saudi.
* Mereka tidak mau diberi nama, tetapi kita tentu boleh memberi nama. Para ulama pendahulu kita di Indonesia menyebut "Islam di Saudi" itu sebagai Wahabi. Umat Islam di luar jazirah Arab pada satu itu juga menyebut mereka Wahabi.
* Kalau si "Ustadz Sunnah" mau menceritakan sejarah lebih lengkap, para pengikut Muhamad bin Abdul Wahab pernah menyebut diri mereka sebagai "Muwahidun", cocok dengan gerakan mereka yang memerangi segala hal yang mereka anggap syirik.
* Saat saya di LIPIA dulu (2000an), nama yang lazim mereka terima adalah Salafi. Dulu tidak protes. Mungkin nama itu juga sekarang mengalami nasib yang sama dengan Wahabi. Citranya memburuk. maka sebuah nama baru mungkin bisa membantu.
* Waspadai pernyatan si Ustadz soal "peran Syiah dalam menggelari mereka sebagai Wahabi". Tahu maksudnya mengapa Syi'ah dibawa-bawa? Pertama, agar audiens menjadikan Syi'ah musuh bersama; Kedua, agar mereka dianggap sama dengan aliran Islam audiens. Karena ingin dianggap sama itulah mereka minta disebut sebagai "ahlussunnah".
* Perhatikan poin 4, si Ustdaz ingin membela "kelompok" itu bahwa mereka itu "orang baik, santun, dan hanya punya dua sumber: al-Qur'an dan Sunnah". Seperti saya sebutkan di posting sebelumnya, pernyataan ini akan berbahaya karena secara implisti punya potensi untuk mengatakan bahwa mereka yang tidak cocok dengan pandangan Wahabi diangga "bukan penganut Sunnah", atau ... ahli Bid'ah (di YouTube banyak ustadz Sunnah lain yang sampai kepada titik ini).
---------------------
Maka, ustadz, bicara sajalah apa adanya. Kalau memang tidak mau disebut Wahabi, ya terima saja sebutan Muwahidun seperti yang dipakai para pendahulumu. Sama seperti kami menyebut diri kami NU, Muhammadiyah, atau lainnya. Para ulama dulu juga nyaman menyebut identitas dirinya sebagai pengikut Mazhab Syafi'i, Hanafi, Maliki, atau Hanbali. Karena identitas akan memudahkan orang berdiskusi. Kenapa tidak mau nama? Apa yang disimpan?
Posting Komentar