Di tengah perjalanan, kami mampir sebuah SPBU untuk salat Maghrib. Pada rakaat kedua, saya memutuskan untuk membaca surat al-Kautsar. Ini adalah surat terpendek dan surat favorit saya untuk mempercepat salat jamaah.
Di rumah, rakaat pertama biasanya saya memilih yang panjang (al-'Alaq dan sejenisnya). Mengapa? Karena jamaah di langgar saya lebih banyak yang datang setelah iqomah dikumandangkan. Rakaat pertama harus lebih panjang untuk menunggu kedatangan mereka agar semua bisa jamaah penuh tanpa masbuq.
Rakaat kedua dipilih surat pendek agar salat berjamaah tidak berlama-lama. Konon, ajaran yang kita dengar dari Nabi, karena peserta salat itu ada yang lansia (banyak malah), ada anak-anak (juga banyak banget). Tidak semua orang kuat salat lama. Menjadi agama rahmat itu artinya menjadi agama yang ramah bagi semua jenis manusia. Tidak semua orang jidatnya hitam. Gitu.
Nah kembali ke Al-Kautsar yang saya baca di Mushola SPBU, saya baru sadar betapa Allah itu sayang sekali dengan kita lewat surat pendek ini. Kalau biasanya saya baca demi ragam usia jamaah, surat itu kemarin saya baca demi ruangan yang sempit dan sudah terdengar antrian kloter berikutnya. Saya baca agar ruangan bisa segera dipakai bergantian.
Al Kautsar itu, menurut riwayat Ibnu Katsir, adalah nama sungai berlimpah kebaikan di surga. Tetapi lebih mudahnya, seperti dalam terjemahan Indonesia, al-Kautsar itu berarti nikmat yang berlimpah.
Nah, pas saya baca itu di SPBU, tiba-tiba terpikir, nikmat itu ternyata tidak jauh-jauh amat. Surat sepanjang 2 baris, cukup dibaca 5 detik, adalah salah satu nikmat itu. Coba kalau semua surat sepanjang al-Baqarah? Akan banyak yang takut salat. Capek lah umat jidat mulus yang hobinya salat 'centhak centhuk' seperti striker cadangan pemanasan mendadak karena striker utamanya cedera.
Fashalli lirabbika... Makane solatlah. Sudah dikasih surat pendek begini masak masih malas 😊
Posting Komentar