Perencanaan masa depan bagi siswa penyandang disabilitas sangat dibutuhkan bagi siswa dan orang tua. Mereka dianugrahi Tuhan karena anaknya memiliki kebutuhan khusus. Bagaimana kelanjutan kehidupan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)? Selain itu orang tua juga dihadapkan dengan kelanjutan studi ABK setelah anaknya menuntaskan pendidikan di sekolah khusus ataupun di Inklusi.
Secercah harapan terlihat saat Kampus Guru Cikal yang bekerjasama dengan Nusantarun dan SLB Negeri 1 Gunungkidul mengadakan seminar “pendidikan untuk semua” yang dilaksanakan pada hari Selasa, 17 Desember 2019.
Seminar yang dilaksanakan di SLB Negeri 1 Gunungkidul ini menghadirkan empat narasumber yang dinilai memberikan solusi dan pemecahan masalah tentang kelanjutan studi ABK. Pembicara pertama adalah Rio Walua, S.Pd.I yang mana merupakan penyandang disabilitas mata ( Tunanetra). Beliau menceritakan pengalamannya ketika kuliah di kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. “Mas Rio”, begitu cara Rio Walua, S.Pd.I memperkenalkan dirinya. Beliau beralasan, “karena merasa belum pantas dipanggil bapak !” ucapnya, sembari mencoba memecahkan keheningan. Mas Rio menceritakan semua pengalamannya sejak menapakkan kaki pertama di halaman kampus, kisah kesehariannya saat kuliah, mengikuti demo mahasiswa di kampus, bahkan tentang beberapa mahasiswi yang berhasil beliau dapat hatinya. Hari-hari dalam kuliah sebagai penyandang disabilitas tidak begitu berbeda dengan mahasiswa pada umumnya.
Rio Walua, S.Pd.I merasa sangat bersyukur, karena dukungan dari keluarga yang tak henti-hentinya menyuntikkan semangat agar dirinya mampu menjalani proses studi di dunia kampus dan menjadi pantang patah arang saat menemui berbagai hambatan.
Ketua Pusat Studi Disabilitas UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Dr. Arif Maftuhin, M.A menjadi pembicara kedua. Dalam seminar tersebut mengungkapkan bahwa kadang masyarakat kita masih memandang disabilitas itu dengan pandangan miring. Lembaga pendidikan tinggi pun masih memandang mahasiswa dengan disabilitas adalah beban bagi kelas mereka. Padahal menurut Dr. Arif Maftuhin, M.A, jika ditemukan kegagalan yang terjadi pada mahasiswa dengan disabilitas maka sebenarnya kampuslah yang gagal mendidik mahasiswa tersebut.
Belum banyak pihak yang sadar, tetapi beberapa perguruan tinggi telah memfasilitasi pendaftaran mahasiswa baru dengan “kursi” khusus untuk penyandang disabilitas. Menurut Dr. Arif Maftuhin, M.A kampus seperti UIN Sunan Kalijaga, UNY, dan UNS sudah memfasilitasi pendidikan tinggi untuk siswa berkebutuhan khusus, bahkan di UIN sendiri terdapat jalur khusus untuk siswa dengan disabilitas.
Pembicara ke tiga adalah bapak Daviq Prasetian, S.Pd. Beliau membahas tentang pentingnya kolaborasi dan dukungan dari sekolah serta orang tua untuk dapat mendorong siswa ABK menuju bangku perkuliahan. Selain itu, beliau juga mengungkapkan beberapa tantangan yang muncul karena perbedaaan kurikulum yang ada di SLB dan di sekolah pada umumnya. Hal tersebut dapat mempengaruhi kemampuan siswa saat seleksi masuk perguruan tinggi.
Ibu Rofiqoh dari Kampus Guru Cikal menjadi pembicara terakhir, beliau menceritakan bagaimana program “pendidikan untuk semua” ini dimulai, dan tujuan yang diharapkan dari program ini. Hal yang terakhir dibahas adalah beasiswa dari Nusantarun untuk membantu siswa ABK dalam studi lanjut di universitas.
Pak Panggung seorang wali siswa mengungkapkan, betapa tertariknya beliau akan acara seperti ini. Beliau sudah lama mencari solusi untuk anaknya yang ingin melanjutkan studi tetapi memiliki keterbatasan kemampuan. Dengan adanya acara yang langsung mendatangkan narasumber dari universitas, memberikan dirinya banyak informasi dan semangat untuk dapat memfasilitasi anaknya dalam melanjutkan studi di bangku universitas. Hal senada juga diungkapkan dari beberapa penanya. Banyak orang tua yang tidak tahu alur pendaftaran untuk ABK, selain itu mereka juga khawatir akan kondisi putra-putrinya kelak jika benar sampai menempuh kuliah.
Acara seminar ini ditutup dengan penyerahan piagam kepada para narasumber dari kampus guru Cikal. Harapan kami, seminar ini dapat menambahkan kepercayaan orangtua tentang putra-putrinya. Orangtua lebih memahami kondisi putra-putrinya, serta mengetahui kondisi perkuliahan di perguruan tinggi.
Penulis : Daviq Prasetian (Guru SLBN Gunungkidul)
Posting Komentar