Buku Kebal Bajakan
Kalau Anda penulis kampus seperti saya, Anda harus ingat salah satu qawaid dalam publikasi buku kampus. Semakin sulit buku dibuat, semakin sempit pasar pembeli yang tersedia, semakin susah dipublikasikan oleh penerbit.
Orang kampus itu [normatifnya] menulis untuk tuntutan akademik, bukan tuntutan pasar. Ia perlu menulis apa yang harus ia tulis. Soal pasar mau menerima, urusan lain. Sama seperti dunia pendidikan. Harusnya orang mendidik itu, hanya fokus mendidik, yaitu proses memaksimalkan potensi setiap individu anak didik. Soal pasar butuh apa, soal Nadiem Makarim butuh apa, tidak penting. Terpenting adalah: mendidik.
Kembali ke soal buku. Mengingat tugas penelitian yang diembannya, maka seorang dosen menulis karena ada alasan akademik untuk melakukan riset, menuliskannya dalam laporan riset, dan memublikasikan hasilnya. Jalan publikasi ada dua: publikasi melalui jurnal dan publikasi buku.
Dalam publikasi jurnal, jangankan mendapatkan keuntungan, buanyak dosen yang bahkan rela membayar puluhan sampai ratusan dolar untuk jurnal internasional atau jutaan rupiah untuk jurnal lokal. Paling banter, terbit gratis dan tidak mendapatkan apa-apa dari publikasi di jurnal selain kredit untuk remunerasi dan kenaikan pangkat.
Publikasi buku juga kurang lebih sama nasibnya. Kadang ada yang menerbitkan secara indie, kadang ada yang disponsori oleh penerbit. Soal dapat duit dari publikasi buku, itu masalah yang harus dibicarakan paling akhir. Kalau penerbitnya mau promosi serius dan bukunya laku, mungkin dapat duit. Jika tidak, ya sudah, yang penting terbit.
Jika ia memilih/terpaksa publikasi indie, ia harus keluarkan biaya 'publikasi' hingga cetak. Dapat duit? Belum tentu. Kadang publikasi indie malah lebih menguntungkan dibanding lewat penerbit. Kalau ia orang terkenal, mau memasarkan bukunya, dan bukunya diminati banyak orang, mungkin lebih beruntung daripada lewat penerbit.
Tetapi sekali lagi, kaidah utama publikasi seorang dosen itu (dalam jurnal atau buku) adalah: menulis tidak untuk uang. Kalau beruntung bukunya laris, syukuran, gitu saja. Buku-buku metode penelitian, buku-buku daras untuk ilmu yang lintas disiplin, mungkin bisa mendapat keberuntungan ini. Lainnya? Gimana mau berharap uang jika buku itu bicara tentang topik yang sangat spesifik dan hanya menarik dibaca oleh mahasiswa sebuah prodi atau beberapa gelintir dosen sebidang?
Oleh sebab itu, maka sejak dari awal, saya wakafkan buku Historiografi Hukum Islam yang ditulis dengan riset mati-matian. Bagi saya, dibaca orang saja sudah merupakan keberuntungan untuk bidang yang super spesifik begitu.
Buku-buku begini tentu saja kebal bajakan. Kalau mau dibajak, ya dibajak saja. Saya lihat harga buku ini tembus sampai Rp103.000 di buku lapak. Kalau Anda mau gratis, bisa unduh versi full PDF di sini.
Posting Komentar