Suatu ketika di kantor, 10 tahun lalu (lama sekali ya?), seorang dosen LB menawari saya beberapa buku asing. "Murah pak. Kualitas buku Amerika, harga Sapen," katanya. Saya cek, buku yang ia tawarkan adalah buku-buku cetak lokal dari ebook yang dapat diunduh di sebuah situs yang saya lupa namanya (dengan domain .nu). Saya tidak ingin munafik, saya juga mengunduh buku-buku dari situs yang kini sudah mati itu untuk menyelesaikan disertasi saya. Tetapi yang bikin kaget saya adalah: ada orang yang mengunduh dan mengkomersialkannya.
Anda boleh tidak setuju dengan saya. Saya kira ada perbedaan yang jelas antara mengunduh ebook untuk kepentingan pribadi dengan mengunduh dan menjual versi cetaknya.
Untuk kasus pertama, argumen yang paling sering kita pakai adalah bahwa kita secara ekonomi tidak cukup kaya untuk membeli buku-buku itu biar pintar. Harga buku akademik berbahasa asing bisa menembus $500 per eksemplar. Kalau kita harus beli, harga buku itu setara dengan gaji Kepala PLD 4 bulan! Maka, dengan alasan Robinhood inilah kita boleh mencuri, sekedar untuk makan, sekedar untuk memenuhi kebutuhan riset yang anggarannya juga segitu-gitu saja.
Pedoman Fair Use di Amerika |
Di luar alasan miskin, sebenarnya ada alasan lain yang mungkin bisa digunakan secara lebih longgar. Di Amerika, ada klausul fair use yang mengecualikan penggunaan secara terbatas sebuah karya yang dilindungi UU Hak Cipta untuk digunakan. Di Amerika, klausul fair use dibuat untuk melindungi kebebasan akademik.
Fair use allows limited copying of copyrighted works without having to seek the author/copyright holder's permission, when use is for purposes such as teaching, research, scholarship, reporting, criticism, or parody.
Meski agak tricky, kita bisa 'menenangkan' hati kita dengan klausul ini. Mengunduh untuk kepentingan ilmu, digunakan saja sendiri, jangan disebarluaskan, apalagi dicetak dan dikomersilkan. Kalau pun itu perbuatan najis, semoga saja najis yang ma'fu.
Saya bilang ke dosen itu, waktu itu, "Mas, tindakan kita mengunduh ebook itu sebenarnya nggak bener-bener amat. Tetapi menjual buku hasil mendownload, sama sekali tidak ada benernya."
***
Maka, saya sedih sekali mendengar buku paling laris saat ini, Menjerat Gus Dur, dibajak orang. Menulis buku itu tidak mudah. Menulis buku dengan riset pribadi itu juga mahal. Maka kalau bukunya dibajak, kasihan sekali si penulis.
Posting Komentar