"Kartini", demikian nama aslinya -- Raden Adjeng adalah sebuah gelar -- menulis surat untuk untuk teman-temannya yang orang Belanda dalam bahasa Belanda. Di rumahnya, ia berbicara dalam bahasa Jawa. Kartini itu orang Jawa tulen yang sangat mencintai negeri dan rakyatnya, maupun pakaian dan adat istiadatnya.
Kartini tidak berkesempatan melihat buah perjuangannya dalam sepuluh tahun terakhir (1910an). Saat ini ada banyak sekali "Sekolah Kartini" di seluruh Jawa. Pengaruh kehidupan dan ajarannya mungkin lebih besar daripada wanita modern mana pun karena pengaruhnya yang mencapai tiga puluh delapan juta orang Jawa dan meluas sampai batas tertentu di seluruh Timur.
Kartini tidak ingin membuat orang Jawa menjadi orang Eropa palsu. Ia ingin mereka menjadi orang Jawa yang lebih baik. Ia tidak memperjuangkan kemerdekaan material yang selama tiga ratus tahun kekuasaan Belanda atas orang Jawa terkadang memicu perang berdarah-darah, tetapi yang lebih penting adalah kemerdekaan pikiran dan semangat.
Pemerintahan [kolonial] Hindia-Belanda sekarang sudah lebih baik. Dalam urusan lokal, orang Jawa sudah memiliki pemerintahan di bawah pejabat mereka sendiri. Tetapi mereka masih tunduk pada takhayul dan di bawah pengaruh Adat atau hukum yang tidak dapat diubah, yang dilanggengkan dengan agama mereka. Adat itu berakar dari fatalisme Islam. Masa depan adalah milik "Takdir" dan akan sia-sia saja untuk mengubahnya. Tapi Kartini melawan Takdir... [Kutipan Pengantar Penerjemah untuk versi Inggris Buku Kartini].
Full text "Letters of a Javanese Princess" Silakan unduh di sini: https://bit.ly/3bsoBqL
Posting Komentar