Sekedar Ilustrasi, karena MAPK tanpa Milea 😆 |
Koq bisa? Beberapa pembeli yang mengontaknya bercerita kalau motivasi mereka membeli buku adalah faktor "seseorang dari masa lalunya." Atau yang agak malu-malu, seperti umumnya gadis MAN tahun 1990an, "karena ada mantan temanku sekos yang nulis di buku itu." (halah, "temanku sekos,"? Paling yo dia sendiri kan? hahahaha).
Sebagai sekolah dengan desain "hanya untuk laki-laki", anak-anak MAPK sepertinya tidak seberuntung yang sekolah SMA seperti Dilan dan Milea. Satu kelas, empat puluh orang, isinya cowok semua. Di asrama, kakak kelas dan adik kelas juga cowok semuanya. Maka, kalau pun ada "gadis-gadis MAPK", mereka adalah gadis-gadis beyond "pagar asrama". Dan untuk menjangkau yang "beyond pagar asrama", tidak semua laki-laki bisa melakukannya, "Itu berat, Dilan pun tak akan sanggup melakukannya."
Di angkatan saya sekarang, ketika mengenang masa lalu itu, kami membedakan dua jenis siswa MAPK yang kenal cewek dan tidak kenal cewek dengan istilah "baligh." Mereka yang tidak sempat kenal cewek waktu di MAPK, kami sebut sebagai golongan "belum baligh." Teman saya @riza , meskipun secara fisik paling tinggi dan ganteng di kelas, adalah contoh cowok MAPK yang "belum baligh" ini. Dia tidak punya "masa SMA" di Jember 😆
Bagi yang berhasil menemukan gadis "beyond pagar", jangan dikira mereka ini lebih beruntung dari mereka yang belum baligh. Hampir semua "meninggalkan" atau "ditinggalkan" oleh masa lalu itu. Di angkatan saya, semua tinggal kenangan. Nama-nama "gadis MAPK" disebut hanya sebagai kanal hiburan atau obat hati yang luka. Hahaha.
Di angkatan lain? Saya tidak tahu. Tetapi dalam proses penulisan buku ini saya tahu ada satu orang penulis yang beruntung dan ceritanya bisa Anda baca di buku SANTRI KALIWATES. "Gadis beyond pagar" itu, yang rumahnya kebetulan hanya berjarak selemparan sandal dari asrama MAPK, berhasil ia bawa pulang ke Jombang hingga kini.
Meski mayoritas sudah terlupakan atau sengaja dilupakan, tetap saja ada cewek-cewek idola yang namanya selalu kami ingat bersama, kami abadikan bersama, kami kenang bersama. Wajah mereka kami bayangkan tak pernah berubah, tetap muda dan memesona dalam memori. Sebagian kami tak bisa melupakan caranya berjalan, duduk, ambil nafas tenang, lalu menyapa kami dengan senyum 'dekik' yang membuat seluruh kelas kehilangan kantuk seketika. Di angkatan saya, gadis itu bernama Ana. "Ia" adalah guru bahasa Inggris kami ðŸ¤
---
Buku Santri Kaliwates: Dari MAPK untuk Indonesia masih dalam masa promo gratis ongkir. Berminat? silakan pesan di http://bit.ly/mapk2020 atau beli via Bukalapak di http://tiny.cc/3z3fqz
😮 Milea apa kabar.. 🥰🥰🥰
BalasHapusPosting Komentar