Apa yang saya lihat di Jogja sepertinya tidak berbeda dengan di Blitar. Ndaut adalah pekerjaan laki-laki dan tandur selalu di tangan perempuan. Relasi gender dalam pertanian ini rupanya sudah banyak diteliti. Salah satunya, skripsi Sri Hartanti (Fisip UNS, 2010) yang menyimpulkan:
💬"... sistem pembagian kerja buruh tani... didasarkan pada kondisi fisik dan kemampuan yang dimiliki laki-laki dan perempuan. Pekerjaan ringan dan membutuhkan kesabaran dan ketelitian diperuntukkan bagi buruh perempuan. Sedangkan pekerjaan berat, yang membutuhkan kekuatan otot diperuntukkan bagi buruh laki-laki."💬
Masalahnya, tentu, struktur pengetahuan tentang berat, ringan, fisik, itu tidak didasarkan pada ukuran obyektif, melainkan pada asumsi dan perasaan bias patriarki. Sebab, misalnya, apakah tandur lebih ringan dari matun? Apakah bungkuk seharian seperti itu tidak lebih berisiko dari segi kesehatan?
Kalau cuma berujung pada pembagian kerja, tidak masalah. Masalahnya ada di pengupahan yang tidak adil. Tidak adil bagi siapa? Anda pasti tahu.
Posting Komentar