Di kelas luring, saya kadang mengatakan bahwa saya bukan motivator. Saya pilih menjadi "palu yang akan menghancurkanmu, kawah candradimuka yang akan meleburmu!"
Saya bukan Mario Teguh!
Di dalam kelas luring, saya bisa memainkan peran yang lebih dinamis. Meski saya mengatakan hal-hal tersebut dan menerapkannya dalam kasus integritas seperti plagiarisme dan ketepatan waktu belajar, saya bisa mengolah kelas dengan lelucon-lelucon. Saya tidak 'se-palu' yang saya katakan.
Katanya, mengelola mahasiswa itu seperti menerbangkan layang-layang. Tarik dan ulur. Kapan ada waktu harus disendal, kapan ada waktu harus dilepas. Sesuai angin. Hasilnya? Saya selalu mendapatkan nilai di atas 3.6 out of 4. Tidak pernah kurang dari itu.
Tetapi, kelas online sungguh 'berat'!
Selama dua semester ini, saya mengalami kesulitan untuk memainkan peran terbaik di kelas karena tantangan yang sama sekali berbeda. Paling beratnya itu ketika mengajar di kelas "mahasiswa pandemi".
Mereka ini, 90% belum pernah menginjakkan kakinya di kampus. Hanya kurang dari 10% pernah datang dan bertemu kaprodi. Dan hampir semua, jika bukan karena teman SMA dan teman kampung, belum pernah bertemu langsung dengan teman-teman sekelasnya.
Akibatnya, pepatah klasik itu terbukti. Tak kenal maka tak sayang. Kelas online mahasiswa pra pandemi masih bisa kita kelola lebih baik karena mereka sudah mengenal saya secara langsung. Di kelas pandemi, suasana menjadi asing bagi siapa pun.
Dari sudut pandang saya sebagai dosen, saya tidak lagi melepas guyonan-guyonan pencair suasana karena mahasiswa mematikan mic. Kalau ada yang 'nyelekethek' (dan selalu ada orang-orang begini), saya tidak bisa mengarahkan teguran ke satu orang seperti di kelas. Teguran ke satu orang, bisa dianggap ke semua orang.
Pokoknya serba kikuk.
Saya masih bisa mempertahankan penilaian mahasiswa di level 3.4-3.5. Not bad, tetapi jauh dari nilai kelas luring. Dari sekian aspek penilaian mahasiswa ke dosen, yang terburuk ada di pertanyaan ini: apakah cara mengajar dosen dapat memotivasi mahasiswa untuk belajar?
Seperti saya bilang, saya bukan motivator. Secara pribadi, saya juga tipe pembelajar mandiri. Nggak pernah butuh orang lain untuk memotivasi saya dalam belajar. jadi, saya akan dengan senang hati untuk belajar dari siap pun agar saya bisa berubah menjadi motivator. Monggo.
Posting Komentar