Menjadi dosen itu gampang sekali untuk jatuh menjadi monster, AKA tidak manusiawi.
Ada kasus anak yang mau ujian skripsi, tetapi tiba-tiba baru tahu kalau ada satu mata kuliah yang belum lulus dan kebetulan Anda pengampunya. Tiba-tiba Anda dihubungi agar Anda MEMBANTU bagaimana caranya agar anak itu bisa diberi tugas atau apa begitu, yang penting dapat nilai lulus.
Menurut aturan, itu hal yang mustahil. Semester sudah lewat. Sistem sudah merekam. Anak itu juga tidak pernah ada komplain sebelumnya. Kalau dia beruntung, ambil saja semester depan, menunda ujian skripsi. Bayar UKT lagi.
Karena terkait UKT, maka membantunya dianggap manusiawi, tidak membantunya ... "dosen tegaan!"
Di kasus lain. Setelah ujian skripsi, biasanya mahasiswa diberi waktu dua bulan untuk revisi. Tentu, itu kalau waktu ujiannya di awal semester. Bagaimana dengan ujian di akhir semester menjelang pendaftaran wisuda? Waktu dua bulan itu formalitas.
Hari ini ujian, seminggu revisi, lalu... Sebuah WA masuk, "Dua hari lagi daftar wisuda pak. Kalau tidak di-ACC, saya bayar UKT lagi." Skripsi yang sama sekali belum layak di-ACC dihadapkan dengan kemanusiaan yang adil dan beradab. 😀
Karena terkait UKT, maka membantunya dianggap manusiawi, tidak membantunya ... "dosen tegaan!"
Tidak manusiawi.
Posting Komentar