"Kalau Allah menakdirkan Taliban menang, kami akan menjadi Taliban lagi. Paham kan? Kelak kami akan kembali menjadi Taliban." Ucap jujur seorang mantan Taliban yang sebulan sebelumnya membelot dan bergabung dengan pemerintah Afghanistan bersama 30 orang anak buahnya.
Ucapan itu disampaikannya secara empat mata dengan seorang ketua suku, tetapi ia lupa ada mic yang menempel tubuhnya untuk film dokumenter. Si mantan mendapat laporan dari anak buahnya yang sedang patroli bahwa ada penyusup Taliban di kampung mereka. "Pak ketua suku mengira saya masih Taliban, jadi ia memberitahu saya kalau ada Taliban di rumahnya," begitu si anak buah lapor.
Si komandan yang mantan Taliban tampak gelisah dan bingung harus bersikap bagaimana. Sejak mereka bergabung dengan pemerintah, mereka ternyata tidak digaji. Disuruh memburu Taliban, tetapi tidak dapat akomodasi. "Repotnya lagi, dulu sewaktu kami masih menjadi anggota Taliban, ke mana pun kami pergi warga selalu menyambut kami dengan senang hati. Mereka siap membantu kami dengan apa pun yang mereka bisa bantu," kenangnya.
"Sekarang... kalau kami datang, mereka cuek. Dingin. Entah apa yang mereka pikirkan... Jadi, kami kini harus bekerja tanpa bantuan dari siapa pun," seperti menyesal ia menyampaikan perasaannya kepada pembuat film dokumenter dari PBS. PBS ini adalah semacam TVRI-nya Amerika. Kanal non komersiil nomor satu yang hidup dari sumbangan para donatur.
Anda bisa menonton film dokumenter "Kill/Capture" ini di Youtube. Film itu dibuat sepuluh tahun lalu ketika militer Amerika mengatakan bahwa operasi kill/capture yang mereka gelar di Afghanistan adalah operasi yang efektif dan berhasil. Operasi yang awalnya digelar di Iraq ini berhasil menangkap atau membunuh ribuan orang yang mereka anggap berbahaya: target utamanya tentu Taliban, tetapi yang terbunuh banyak juga orang tak bersalah.
Nah, di situlah masalahnya. Dalam film ini diceritakan bagaimana seorang tokoh sipil, sedang mencalonkan diri dalam pemilu pertama yang akan digelar di Afghanistan, mati dibom bersama rombongannya sepulang dari kampanye. Pemerintah Afghanistan menyebut operasi itu salah sasaran, tetapi militer Amerika bersikeras mereka membunuh tokoh penting Taliban.
Selain salah sasaran, operasi itu juga dikeluhkan oleh pemerintah Afghanistan karena dilakukan dengan serbuan tengah malam ke rumah orang. Tentu tidak ada orang yang suka rumahnya tiba-tiba digerebek saat tidur nyenyak begitu. Anak-anak ketakutan, perempuan kehilangan kehormatannya. Operasi-operasi kill/capture diakui oleh pemerintah Aghanistan maupun tentara Amerika yang di lapangan dapat menjadi bumerang kebencian kepada tentara Amerika dan alasan kuat untuk mendukung Taliban.
Sama seperti penutup film dokumenter This is What Winning Looks Like, film ini juga meramalkan dengan pasti apa yang akan terjadi hari ini. Amerika bisa saja mengalahkan Taliban, membunuh mereka, menguasai kota, membangun infrastruktur, mendirikan sekolah, melakukan apa pun yang diperlukan dengan uang yang mereka miliki, tetapi apakah mereka bisa menyerahkan semua itu kepada pemerintah Afghanistan? Si tentara yang di lapangan menjawab, "Tidak, jika kita pergi, maka semua akan kembali ke Taliban."
Posting Komentar