Saya hampir lupa kalau hari ini hari Jumat. Sewaktu mau mandi pagi, saya baru ingat. Jumat lalu saya masih di karantina, terisolasi hanya bisa memandang masjid dari jendela. Padahal, biyunge bocah-bocah sudah pesan, “Besok kalau sudah keluar dari karantina, segera dimulai salat Jumatnya! Wis meh rong tahun ra salat.”
Begitu ingat ini hari Jumat, saya segera kembali ke kamar untuk mengecek di Google: prayer time, salat Jumat jam berapa. Lalu, saya cek Moovit, aplikasi transportasi andalan saya di sini, untuk mengetahui apakah ada bus ke Masjidil Aqsa. Jumat lalu jalan-jalan sepertinya sepi sekali dan sepertinya tidak ada bus yang beroperasi. Mungkin aku salah paham, karena ternyata ada jadwal busnya. Atau, mungkin karena masih pagi. Sabat kabarnya dimulai Jumat sore. Entah, yang penting ada bus dan saya segera mandi.
***
Bus yang saya tumpangi, berhenti di 'terminal' dekat West Wall, tembok ratapan umat Yahudi. Saya tidak tahu masuk masjid lewat mana. Lalu saya mengikuti rombongan lelaki Arab yang saya yakin menuju masjid.
Setelah terlihat
ada rombongan lain di depan, saya percepat langkah saya mendahului rombongan
yang awalnya saya ikuti. Sebab, suara azan Jumat sudah terdengar menggema. Saya
tidak mau ketinggalan salat Jumat pertama. Saya juga tidak mau salat pertama
di Masjidil Aqsa hanya dapat halaman atau emperannya.
Jalan yang kami tuju
ini sepertinya jauh dan harus mendaki beberapa undakan. Tak lama kemudian, sampailah saya ke gang yang lebih
besar dan lebih ramai. Tak jauh dari belokan gang itu, gerbang masjid sudah
terlihat. Gang ini segera mengingatkan saya dengan gang-gang di sekitar masjid
Sunan Ampel, Surabaya. Ternyata, di sini juga banyak orang Arab.J
Dari tadi, saya sebenarnya meng-on-kan kamera saya untuk merekam perjalanan. Begitu di gerbang masjid dijaga sekelompok tentara/polisi Israel, saya sempat ragu. Kamera saya, seperti hati saya, on off, on off, on off, sampai akhirnya saya putuskan untuk menyalakan kamera.
Begitu tiba di gerbang, sepasang mata polisi Israel bertatapan dengan mata saya. Saya abaikan, mlengos dan jalan terus. “Hi you. Wait a minute!” Oh, saya menoleh dan ia melambaikan tangan memanggil saya. Khawatir panggilan itu terkait larangan pengambilan gambar, saya segera matikan kamera. Off! Lalu saya mendekatinya ...
Posting Komentar