Kemarin saya pindah ke apartemen. Karena jauh dari hotel, saya panggil taksi untuk mengantar. Tak butuh waktu lama bagi saya untuk mengetahui sopir taksi saya itu orang Arab. Ia menerima beberapa pesan di HP-nya dalam Bahasa Arab. Saya pun tak menunggu waktu untuk mengajaknya kenalan dan mengobrol. Tema pertama adalah namanya: Muhammad. Saya bilang, nama yang bagus dan hari ini adalah maulid Muhammad, sallu alaih.
Di luar dugaan
saya, ia merespons dengan diskusi panjang. Ia berpendapat, seperti
pendapat yang sudah sering saya dengar dan baca dari kaum Salafi anti maulid
Nabi, bahwa maulid itu ikhtira', karangan orang Yahudi dan Daulah Fatimiyah. Alasan
pendapatnya adalah: bahwa ada banyak pendapat yang menyebutkan hari lahir Nabi dan
tidak ada yang sahih. Jadi, tidak ada alasan untuk menjadikan tanggal 12 Rabiul
Awwal sebagai Maulid Nabi.
Bagi saya? Saya tahu ini bukan ibadah. Saya juga menyadari kemungkinan Nabi tidak lahir tanggal 12 Rabiul Awwal. Tetapi memilih salah satu pendapat yang ada juga alternatif daripada tidak tahu sama sekali. Dalam sains pun, orang biasa menganut salah satu teori meski belum terbukti. Teori tentang asal-usul alam semesta misalnya.
Saya juga tahu ini tradisi yang dimulai dari Daulah Fatimiyyah. Bagi saya ini tradisi yang baik. Kita melakukan ini bukan karena 'jahil' seperti yang Pakde Muhammad katakan. Kita melakukannya sebagai cara mengekspresikan cinta. Peringatan maulid menyatukan kecintaan itu sebagai komuniti. Tradisi seperti sekaten diciptakan untuk merawat cinta dan komuniti agar awet itu antar generasi. Bukan karena kita jahili.
Posting Komentar