Ada sebuah hadits yang menyebutkan bahwa sebaik-baik tempat adalah masjid dan seburuk-buruknya tempat adalah pasar.
خير البقاع المساجد وشرها الأسواق
Tetapi, di banyak tempat, masjid dan pasar hidup berdampingan. Pasar Klewer di samping Masjid Agung Solo, misalnya. Keduanya bahkan saling menghidupi karena pedagang bisa salat dan istirahat di masjid. Masjid pun punya tempat parkir untuk pengunjung pasar.
Tempat-tempat yang disucikan dan disakralkan juga menghasilkan pasar. Kalau kita berkunjung ke makam para wali, berapa ribu orang yang menggantungkan hidup dari 'pasar' di sekitar makam? Makam Gus Dur yang tak pernah sepi pengunjung itu, berapa omset ekonominya?
Setiap Jumat, pasar tiban juga digelar di sekitar Masjid al-Aqsa. Jalan favorit terdekat dengan apartemen saya, yang ada di sisi tembok timur masjid, juga selalu dipenuhi dengan pedagang dadakan ini. Orang berjualan macam-macam, mulai dari sayur sampai jam tangan, pernak-pernik ibadah sampai alat hiburan.
Jadi, tempat yang terbaik dan "terburuk" pun bisa berdampingan. Toh perintahnya adalah "segeralah mencari rizki setelah usai salat Jumat." Paling segera, adalah tempat yang paling dekat. Mungkin begitu.
Posting Komentar