Beberapa waktu yang lalu kami bertiga, tim di Textual Microcosms: A New Approach in Translation Studies, sedang serius rapat di kantor. Di tengah pembicaraan, tiba-tiba kami berhenti, saling tatap. Bahasa mata kami menunjukkan bahwa kami sama-sama pindah perhatian dari materi rapat ke suara yang kami dengar.
Jam zuhur tiba, suara azan bersahutan dari berbagai penjuru sekeliling kampus kami. Kampus kami kebetulan di Yerusalem Timur, di belakang kami perkampungan Arab yang besar. Tak jauh dari kami, Masjidil Aqsa dan masjid-masjid di area Yerusalem Timur yang lain.
"Seperti di Indonesia kan?" Kata professor saya. Beliau lama tinggal di Jogja, ngontrak di dekat UNY, setiap kali ia mendengar azan bersahutan di Yerusalem, justru Indonesia yang ia ingat. Saya hanya tersenyum tetapi juga ingat kata teman seapartemen dulu, orang Amerika yang pernah ngaji di Tarim, Yaman. "Saya kangen sekali suasananya. Setiap waktu salat datang, azan bersahutan di mana-mana, tidak seperti di sini."
Suara azan bersahutan itu ngangeni, katanya. Di kampus saya, kalau pas Zuhur lebih indah lagi suasananya. Sebab waktunya beriringan dengan jam gereja-gereja di Mt. Olive membunyikan lonceng pukul 12 siang. Azan lalu tong, teng, tong, teng, disusul iqamat.
Gara-gara azan, mereka kangen Indonesia. Gimana saya nggak kangen pulang coba?
Posting Komentar