Pas di kelas tadi, kami diminta praktik berbicara Ibrani secara berpasangan. Kebetulan pasangan saya adalah satu satunya orang Palestina di kelas. Karena topiknya berkenalan, nama, pekerjaan, dan negara asal, kami jadi nglantur ngobrol hal hal lain terkait bahasa dan negara kami.
Setelah praktik materinya, ia menebak, "I think you must have some basic Hebrew before. Where did you learn?" Saya bilang kalau saya cuma belajar otodidak. Lalu ia tanya lagi, orang Indonesia bahasanya apa, dan seterusnya.
Nah, saya pun tertarik balik bertanya soal bahasa orang Palestina. Saya ceritakan kalau saya sering ketemu dengan orang Palestina di Masjidil Aqsa dan kesulitan untuk ngobrol dengan bahasa Arab fushah. Ia tidak bisa menjelaskan pasti mengapa orang Palestina yang saya temui tidak bisa fushah, tetapi ia punya cerita menarik.
Hampir semua universitas di Palestina menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari di kampus, hampir seperti bahasa resmi begitu. Dosennya menggunakan bahasa Inggris, bukunya Inggris, skripsi juga demikian.
"Bahkan sewaktu saya dulu S2 di Yordania, kami juga menggunakan Bahasa Inggris," katanya. Saya tidak bertanya apakah semua universitas di Yordania juga begitu, yang saya pastikan tanya tadi bahwa universitas di Palestina semua menggunakan Bahasa Inggris.
Saya tanya, "Why?" Dia tidak tahu. Padahal, sebaliknya, universitas dan sekolah Israel mayoritas menggunakan Bahasa Ibrani. Saya sering ketinggalan informasi karena semua email dari universitas pasti berbahasa Ibrani. Hanya beberapa saja, biasanya surat sangat penting seperti pengumuman Covid-19, yang menggunakan dua bahasa atau kadang tiga bahasa.
Lain waktu saya akan cerita soal bahasa nasional Israel ini. Yang jelas, Israel perlu bahasa nasional. Apakah Palestina tidak?
Posting Komentar