Di dalam kompleks Masjid al-Aqsa, kita bisa memperhatikan berbagai jenis pakaian yang dikenakan oleh perempuan Muslim di sini. Karena al-Aqsa juga destinasi wisata dunia Islam, perempuan dari berbagai belahan dunia, dan berbagai jenis pakaiannya, juga terlihat di sini.
Untuk masuk ke dalam kompleks Masjidil Aqsa, semua perempuan wajib berjilbab. Mereka yang tidak berjilbab pun akan memakai jilbab kalau masuk kompleks masjid. Soal pakaian ini menjadi aturan yang ditegakkan oleh penjaga gerbang masjid. Jadi, selain harus Muslim, perempuan juga wajib menggunakan jilbab.
Jarang sekali saya temukan perempuan berjilbab besar seperti model Iran itu. Jilbab lebar yang kalau di Indonesia dipakai kalangan Tarbiyah/PKS. Demikian juga jarang saya temui perempuan berjilbab dengan pakaian seketat perempuan Indonesia.
Kultur di sini tampaknya membagi orang dengan tegas: anak kecil tidak pakai jilbab, sementara yang dewasa mereka memilih: pakai jilbab ya ‘beneran’ berjilab; atau, kalau masih belum bisa menutup lekuk-lekuk tubuh, ya sekalian tidak berjilbab. Toh rambut itu satu paket dengan tubuh. Di Indonesia, sepertinya rambut itu dianggap lebih aurat daripada lekuk tubuh.
Perempuan bercadar? Sangat-sangat jarang sekali. Malah, yang bikin sedih, mereka yang memakai cadar bukan cadar syar'i (sebut saja begitu). Seperti pakai jilbab tapi lekuk tubuh diumbar, orang memakai cadar untuk mengemis! (Cek Videonya)
Jumat kemarin saya sempat terkecoh melihat, dari jarak agak jauh, empat perempuan bercadar berjalan mengikuti tiga orang pria. Saya pikir, para perempuan itu adalah istri atau anak mereka. Ternyata bukan, empat orang itu rombongan pengemis yang membuntuti turis. Saya baru tahu ketika mereka terus menerus menengadahkan tangan. Jadi, cadar di sini bukan cadar syariah, atau pakaian ibadah, melainkan untuk menutupi identitas.
Posting Komentar