Di sebelah timur kompleks Masjid al-Aqsa, antara tembok dan jalan raya, terdapat kompleks pemakaman Muslim Yerusalem. Makam Yahudi yang saya ceritakan ada di seberangnya, di sebelah timur jalan dan dipisahkan Lembah Kedron. Kalau saya pergi dan pulang dari Masjidil Aqsa lewat Lion's Gate, saya harus melewati makam ini.
Suatu ketika, saya pernah berangkat bareng Jumatan dengan seorang kake-kakek tua Palestina. Sewaktu saya tanya di mana rumahnya, ia menunjukkan jarinya ke makam-makam itu. "Haza baiti" katanya. Dunia ini hanya persinggahan, akhirnya kita nanti pulang juga ke "rumah" kita, ya kuburan kita itu. Begitu maksud beliau.
Saya sering mengamati dan mencari-cari makam ulama terkenal di kompleks itu. Masak sih nggak ada ulama yang dimakamkan di sini? Karena kebiasaan ziarah kubur di sini tidak seperti di Jawa, sulit untuk mengetahui makam penting karena makam siapa pun akan tampak sepi pengunjung.
Nah, kemarin malam itu, pas saya lewat Makam Yahudi, secara tidak sengaja saya malah menemukan makam salah satu ulama Hanbali terkemuka, Mujīr al-Dīn al-'Ulaymī, di pinggir jalan. Makam beliau terpisah dari makam Muslim. Tempatnya sangat menonjol karena beratap kubah kecil dan lokasinya persis di depan Gereja Makam Bunda Maria.
Sebelumnya, jujur saya tidak pernah mendengar nama beliau. Kebetulan minggu lalu nama ini muncul ketika saya riset mencari referensi kitab tentang Yerusalem. Mujīr al-Dīn adalah penulis kitab al-Uns al-Jalil bi-tarikh al-Quds wal-Khalil (saya share kitabnya kalau Anda mau: download PDF al-Uns al-Jalil di sini).
Nah, seperti saya ceritakan, sepertinya makam ini juga sepi-sepi saja. Rasanya juga tidak enak sebagai tempat tirakat, wirid, atau nyepi karena tempatnya persis di pinggir jalan raya.
Posting Komentar