Semester depan, saya mengajukan diri untuk mengajar Bahasa Indonesia. Suka rela! Eh, sedikit terpaksa ding.
Aslinya, saya diminta mengajar Bahasa Inggris. Dulu, saya pernah mengajar Bahasa Inggris di Pusat Bahasa UIN. Lalu saya mengundurkan diri. Saya tidak menikmati pekerjaan itu. Maka, ketika diminta mengajar Bahasa Inggris lagi, saya menolak.
Saya tidak ingin mengecewakan bos saya. Penolakan itu saya kompensasi dengan tawaran "aneh": mengajar Bahasa Indonesia. Aneh, karena saya belum pernah mengajar mata kuliah ini dan saya tidak mempunyai latar belakang pendidikan Bahasa Indonesia.
Masalahnya, prodi kami, bahkan fakultas kami, tidak memiliki dosen Bahasa Indonesia. Semua pengajar Bahasa Indonesia, selama ini, bukan dosen Bahasa Indonesia. Mata kuliah Bahasa Indonesia itu seperti mata kuliah "buangan": ditugaskan ke dosen baru atau dosen yang kurang jam mengajar. Di tempat Anda bagaimana?
Jadi, kalau saya mengajukan diri, itu hanya ibarat "tak ada rotan akar pun jadi." Saya berniat tulus untuk mengajar sekaligus belajar.
Alasan saya mengajukan diri adalah keprihatinan terhadap kualitas skripsi mahasiswa. Setiap menguji skripsi, saya stress sendiri gara-gara membaca skripsi yang ditulis dengan kalimat yang tidak logis, ejaan yang amburadul, salah ketik, tata letak acak-acakan, tidak menggunakan cara mengutip yang benar, dan, kadang-kadang mengandung plagiarisme.
Daripada salah fokus saat menguji skripsi, saya coba saja untuk turun tangan langsung membimbing mereka sejak dari awal. Ini sebenarnya adalah ujian bagi saya juga. Apakah saya akan berhasil mengubah keadaan itu atau harus menyerah pada akhirnya.
Sebagai bukti keseriusan, saya siapkan buku baru, saya tulis sendiri, untuk mengajar mereka. Bismillah.
Posting Komentar