Khutbah Lingkungan Hidup

Dari Taharah al-Nafsi  ke Taharah al-Bi’ah

الْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ اللَّيْلِ عَلَى النَّهَارْ، تَذْكِرَةً لِأُولِى الْقُلُوْبِ وَالْأَبْصَارْ، وَتَبْصِرَةً لِّذَوِي الْأَلْبَابِ وَالْاِعْتِبَارْ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِٰلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهْ الْمَلِكُ الْغَفَّارْ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلاَئِقِ وَالْبَشَرْ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَأٰلِهِ وَصَحْبِهِ الْأَطْهَارْ.

أَمَّا بَعْدُ فَيَآأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ ٱللّٰهِ ٱلرَّحْمٰنِ ٱلرَّحِيمِ  

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ   

اَمْ نَجْعَلُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ كَالْمُفْسِدِيْنَ فِى الْاَرْضِۖ اَمْ نَجْعَلُ الْمُتَّقِيْنَ كَالْفُجَّارِ


Hadiri jamaah Jumat yang dimuliakan Allah. 

Seraya merayakan tahun baru 1446 Hijriyah, izinkan saya berpesan kepada diri dan jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Semoga di awal tahun baru ini kita diberikan hidayah dan inayah untuk menjalani tahun depan yang lebih baik, lebih sehat, lebih bermanfaat, dan lebih berkah. Sebab, pergantian tahun selalu menjadi momentum yang tepat bagi kita untuk merenung, mengambil ‘ibrah dari apa yang sudah lewat dan apa yang akan kita hadapi. 

Salah satu persoalan penting yang telah dan tengah kita hadapi pada saat ini adalah persoalan lingkungan hidup. Tidak hanya di tingkat lokal, masalah sampah yang tak terurai dan tanpa solusi, atau nasional berupa kerusakan hutan dan alam kita, hingga masalah internasional berupa pemanasan global dan ancaman perubahan iklim. Ketika mendengar masalah-masalah ini, kita seperti dihadapkan pada masalah yang di luar batas kemampuan kita, baik sebagai pribadi, masyarakat, atau bangsa. Sebab, apa yang terjadi di negara lain, secara langsung atau tidak akan berpengaruh kepada negara lainnya. Sebaik apa pun Singapura mengelola sampah dan solusinya, begitu terjadi kebakaran atau pembakaran hutan di Indonesia, mereka pun tak berdaya.

Maka, saya menduga bahwa “agama” saja juga tak akan mampu menghadapi masalah ini. Tetapi pada saat yang sama, saya percaya, sebagai orang beragama tentunya, bahwa agama dan mereka yang bertakwa dapat memulainya. Sebab, ketika berhadapan dengan suatu masalah, sering kali yang diperlukan bukan “apa solusinya”, tetapi apa yang dapat dikerjakan untuk memulainya. Nah, agama, dapat menjadi salah satu tempat kita memulainya.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah.

Salah satu fondasi penting dalam agama kita adalah kebersihan. Dalam salah satu Hadits katakan: buniyad-dinu ‘alan-nazhafah (agama itu didirikan di atas kebersihan). Kalau kita membaca kitab-kitab Fikih, maka sebelum semua pembahasan tentang ibadah dan muamalah, sebelum berbicara tentang salat sampai haji, pernikahan sampai kewarisan, jual beli sampai pidana, bab pertamanya selalu bab taharah. 

Allah SWT berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang membersihkan dirinya.

Hanya saja, ini yang patut kita renungkan, bahwa taharah yang diajarkan oleh agama itu dapat memiliki akibat yang jarang kita bahas dan berdampak kepada lingkungan kita. Mari kita perhatikan dua hal di antaranya: Pertama, ajaran taharah dipahami sebagai kesucian diri (taharah an-nafs), kesucian “saya” dan baju saya; Kedua, ajaran kebersihan itu meniscayakan penggunaan air yang masif dan eksesif. 

Apa yang saya maksudkan dengan memahami taharah sebagai kebersihan personal itu misalnya tampak dari kontradiksi berikut. Kalau kita berkunjung ke sebuah masjid dan mencari tempat wudu, maka toilet adalah wilayah yang meskipun “suci” tetapi kadang “tidak bersih”. Mencari lokasi toilet dapat lebih cepat menggunakan hidung daripada menggunakan papan petunjuk arah. Saya dapat menceritakan pengalaman ini di banyak masjid yang saya kunjungi, baik di Indonesia maupun di Arab Saudi. Baik di Yerusalem, Palestina, maupun di Seattle, Amerika. Kita sering gagal mengelola kebersihan toilet masjid-masjid kita.

Karena orientasi kebersihannya adalah “kesucian pribadi,” maka sering kita jumpai pondok yang kumuh, padahal di situ diajari tempat belajar kesucian. Kita bisa juga menjumpai masyarakat muslim yang kumuh, kabupaten/kota muslim yang kumuh, hingga negara muslim yang kumuh. Sebaliknya, kita berkunjung ke Jepang, yang tidak mengerti ajaran taharah, Anda akan menemukan negeri yang sangat bersih, toiletny harum mewangi, jauh lebih bersih dari negeri-ngeri yang katanya Muslim tadi. Kalau kita ke Jogjakarta atau Sleman, kita bisa bertanya, sampah berserakan di mana-mana itu dibuang oleh orang yang beragama apa?

Hadirin yang dimuliakan Allah

Hal kedua yang perlu kita perhatikan adalah bahwa taharah yang asal taharah, dapat mengakibatkan krisis lingkungan. Saya sering naik pesawat ke luar negeri, belum pernah ada ceritanya pesawat itu kehabisan air toilet. Tetapi begitu saya naik pesawat yang dicarter khusus untuk jamaah Umroh, kejadian langka pun terjadi: kertas tisu habis, air tak lagi mengalir. Mengapa? Karena jamaah Umroh lebih peduli dengan kebersihan dirinya daripada menghemat persediaan air di pesawatnya.

Saya membayangkan, pesawat itu sebagai miniatur masyarakat Muslim. Jangan-jangan, kalau dikuantifikasi, dihitung secara per kapita, misalnya, kita lebih boros menggunakan air dibandingkan non-Muslim. 

Hadirin yang dimuliakan Allah.

Oleh sebab itu, dalam khotbah yang pendek ini, mari kita renungkan kembali perilaku bersuci kita. Mungkin kita tidak bisa berkontribusi mengatasi pemanasan global, mungkin kita tidak bisa memberi solusi krisis lingkungan; tetapi setidaknya, bisakah kita mengubah perilaku kecil-kecil seperti taharah untuk juga mencakup kebersihan di masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup kita.

Allah SWT berfirman di dalam surat Shad (28):

اَمْ نَجْعَلُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ كَالْمُفْسِدِيْنَ فِى الْاَرْضِۖ اَمْ نَجْعَلُ الْمُتَّقِيْنَ كَالْفُجَّارِ

Apakah (pantas) Kami menjadikan orang-orang yang beriman dan beramal saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di bumi? Pantaskah Kami menjadikan orang-orang yang bertakwa sama dengan para pendurhaka?

Menurut ayat ini, tidak pantas bagi kita, orang-orang yang beragama seperti kita ini, berperilaku yang sama dengan mereka yang merusak lingkungan dan tidak peduli akan kelestariannya. Tidak pantas bagi orang yang bertakwa berperilaku sama seperti orang-orang yang durhaka. 

Semoga pesan singkat dalam khotbah ini dapat menjadi renungan kita di awal tahun baru 1446 H ini dan mengantarkan kita untuk menjadi insan yang lebih baik, masyarakat yang lebih maju dan tertib, dan lingkungan yang lebih terjaga kebersihan dan kelestariannya.

______________________________

Tips Menghemat Air Saat Wudlu:

  • Pasang Target Penggunaan Air: Ketika berwudhu, cobalah untuk menggunakan hanya satu liter air atau bahkan lebih baik, hanya 625 ml (setara dengan dua per tiga mud) sesuai dengan ajaran Nabi. Ini akan membantu mengurangi pemborosan air.
  • Kontrol Keran: Saat menggunakan keran, sebaiknya jangan membukanya penuh. Alih-alih membiarkan air mengalir deras, buka keran hanya sedikit sehingga air yang keluar lebih terkontrol. Dengan begitu, kita dapat menghindari pemborosan air yang tidak perlu.
  • Matikan Air pada Setiap Tahap Berwudhu: Jika memungkinkan, matikan air pada setiap tahap berwudhu. Misalnya, setelah mencuci tangan, matikan air sebelum mencuci wajah, dan seterusnya. Ini akan membantu mengurangi penggunaan air secara efisien.
  • Gunakan Wadah Kecil: Anda juga dapat menggunakan mug atau botol kecil dengan volume sekitar 0,5 liter untuk menampung air saat berwudhu. Dengan begitu, kita dapat lebih sadar tentang seberapa banyak air yang kita gunakan.

Ingatlah bahwa menghemat air bukan hanya tentang kewajiban agama, tetapi juga merupakan tanggung jawab kita sebagai makhluk yang bertanggung jawab terhadap ketersediaan air bagi semua makhluk hidup dan pelestarian kualitas air bersih. Semoga tips ini membantu Anda dalam berwudhu dengan bijaksana! 😊



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama