Manfaat Nyalon Rektor

Saya ingin "bercerita tentang" tetapi jangan "tanya saya tentang" ... nyalon rektor. Sebab, meskipun nyalon, saya tidak tahu apa-apa di luar hal formal-administratif: daftar, presentasi visi misi di senat, dan wawancara di komsel. Selebihnya, wallahu a'lam.

Cerita ini terkait dengan apa yang terjadi tadi siang: kami kehilangan lagi salah satu dosen muda di UIN Sunan Kalijaga, Mas Zainal. Beliau meninggal kabarnya karena serangan jantung. Padahal Sabtu lalu kami baru saja ketemu, ngobrol, makan bareng sambil ngrasani dunia pendidikan tinggi bersama sejumlah teman di kawasan Palagan. Allah rupanya punya kehendak yang tidak kami duga, hari ini Mas Zainal pergi dan ia bukan dosen muda pertama yang mengejutkan kami kepergiannya. Mungkin ada enam tujuh orang yang meninggal dalam periode pasca pandemi Covid.

***

Apa kaitannya dengan pilihan rektor UIN? Begini lho, gara-gara "nyarek" itulah saya menjadi lebih peduli dengan urusan kesehatan pribadi saya.

Seperti Anda tahu, untuk mendaftar carek orang harus menyerahkan surat kesehatan jasmani dan rohani. Waktu itu, mungkin karena pas puasa, saya kurang fit dan terdeteksi tekanan darah yang tinggi (padahal saya tidak pernah punya riwayat darah tinggi).

Saat bertemu dengan bu dokter, saya diberondong dengan pertanyaan: pakah Bapak minum obat ini, obat itu, obat nganu (yang tak satu pun saya kenal).

"Nggak bu," jawab saya. Saya ini hanya kenal paracetamol dan obat-obat pasaran langganan simbah-simbah tetangga rumah saya dulu. 

"Nggak bu, saya tidak mengkonsumsi obat sama sekali. Saya merasa baik-baik saja, alhamdulilah, dan sehat, insyallah." Kata saya.

"Bapak tidak boleh 'merasa sehat.' Ingat umur pak." Bu dokter yang baik dan sangat peduli itu lalu memberikan penjelasan panjang lebar mengapa saya 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗯𝗼𝗹𝗲𝗵 𝗺𝗲𝗿𝗮𝘀𝗮 𝗯𝗮𝗶𝗸 𝗯𝗮𝗶𝗸 𝘀𝗮𝗷𝗮 dan perlu memeriksakan kesehatan secara menyeluruh. Bukan karena sakit, tetapi karena usia tadi.

***

Maka, saya pun mengikuti saran dokter tersebut. Saya ketemu dengan Bu Diana Rismajani, dokter kesayangan kami di klinik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Saya konsultasikan dengan beliau berbagai catatan kesehatan saya di masa lalu. Saya diberi rujukan juga untuk bertemu dokter spesialis yang diperlukan. Alhamudlillah, sejauh yang telah diperiksa secara fisik maupun "kimiawi", saya memang baik-baik saja.

Nah, di luar itu, ini yang penting. Saya mencoba mengaktifkan kembali kegiatan yang berkurang sejak puasa... Rajin olahraga lagi! ya mengatur makan, mengatur tidur.

Bagi saya: umur orang tidak ada yang tahu, tetapi kesehatan ada "alamatnya". 


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama