Universitas NU, Koq Universitas Riset!


Saat di Malang bulan lalu, saya ditemui beberapa kiai dan nyai Gondanglegi yang diutus oleh Yai Adib, Pak "pek" rektor Universitas al-Qolam. Salah satu dari sekian topik yang kami bincang siang itu adalah soal manajemen universitas yang ada di lingkungan pondok seperti al-Qolam ini. Saya sampaikan ke beliau-beliau bahwa dulu saya pernah mengkritik Yai Adib sewaktu bikin visi sebagai universitas riset berbasis pesantren.

"Sampeyan bikin universitas riset di Gondanglegi? Gak ndobos ta? Sopo sing arep meneliti? Duite soko ngendi? Riset opo?" Saya kalau ngritik emang gitu. Wong saya ini bukan motivator! Apalagi yang saya kritik itu, meskipun kiai dan rektor, adalah kawan baik saya. Ya, bloko suto dan sengaja "menghina" begitu. Hahaha. 

Kebetulan, waktu itu saya baru saja pulang dari Scotland, UK. Selama seminguan saya dan teman-teman jaringan perguruan tinggi inklusi belajar di Glasgow Caledonian University. Nah, menariknya, meski di Skotlandia dan punya tradisi riset yang tidak kalah dengan universitas lain, universitas ini tidak latah menjadi "universitas riset." Mereka memilih sebagai universitas yang berkomitmen kepada keadilan sosial dan pengabdian masyarakat. Jadi, tentu saja masih melakukan riset, tetapi risetnya pun di-aligned-kan dengan misi pengabdian kepada masyarakat itu.

Cerita saya ini beliau dengar dengan baik. Kiai Adib memang begitu orangnya dari dulu. Meskipun tergolong murid paling pintar di kelas, beliau selalu humble dan mendengar. Belajar dari Glasgow ini, kata saya, "Sampeyan nggak harus ikut-ikutan jadi universitas riset. Lihat potensinya, lihat SMD-nya, lihat di mana peran paling realistis yang bisa diwujudkan oleh al-Qolam dan sekaliguas menjadi distingsinya." Kini, tag line Universitas al-Qolam adalah "PTKI Transformatif Berbasis Pesantren." Keren kan? 

***

Bulan lalu itu, karena beliau sedang menjadi petugas haji, saya pesankan lagi kepada kiai/nyai cum dosen al-Qolam yang menemui saya itu agar Yai Adib bisa memanfaatkan dua posisi strategis yang ia pegang sekarang  agar dapat menjadi "alat" kebaikan. Selain sebagai rektor, beliau juga menjadi sekretaris PCNU Malang. "Bisa nggak dua posisi ini disinergikan?

Idenya begini. Universitas al-Qolam menjadi "alat" untuk memajukan NU Malang. Kita mulai dari yang sederhana saja. Karena al-Qolam memiliki Fakultas Tarbiyah, misalnya, maka segala hal yang terkait dengan bidang-bidang Tarbiyah dikoneksikan dengan sayap pendidikan NU (mulai dari TK sampai SMA). 

Contoh, tugas skripsi digunakan untuk meneliti dan mendokumentasikan unit-unit pendidikan NU, memetakan satu per satu, peluang dan tantangan, potensi dan hambatannya. Mahasiswa tidak perlu mikir "cari judul". Tugaskan saja mereka mengerjakan "penelitian pesanan" yang terstruktur, sistematis dan masif ini untuk menghasilkan big data pendidikan NU Malang.  

Demikian juga untuk mewujudkan tag line tadi, gunakan mahasiswa Prodi Ekonomi Syariah untuk kepentingan sayap-sayap ekonomi NU, mulai dari potensi jamaahnya, problem dan tantangnnya, sampai pemberdayaannya. Selain skripsi semisal yang di Tarbiyah tadi, praktikumnya juga bisa diarahkan untuk bersinergi dengan LazisNU.

Dua contoh itu bisa dikembangkan untuk berbagai prodi dan berbagai sektor NU yang relevan. Sinergi ini, selain bermanfaat bagi NU seperti yang tadi bisa kita bayangkan, juga sekaligus menancapkan perguruan tinggi NU kepada akarnya. Nggak perlu muluk-muluk jadi perguruan tinggi riset, atau ikutan-ikutan "mendunia." 

Urusan kemandirian NU saja belum selesai. Katanya, "kita sudah lama mlarat." Kalau tidak ingin mlarat, akan lebih keren kalau kita mulai dari menyinergikan kekuatan kita dulu. Ya, seperti contoh tadi, perguruan tinggi NU untuk kemajuan NU. Piye Pek?   

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama